Di era saat ini perkembangan Artificial Intelligence (AI) dan otomatisasi semakin pesat. Bahkan saat ini, AI sudah mulai berkembang dibanyak sektor yang memiliki banyak pengaruh dalam dunia kerja dan menciptakan banyaknya perubahan besar. Bagi generasi muda, khususnya Gen Z yang lahir di rentang waktu 1997 hingga 2012, fenomena ini bukan hanya sebuah tantangan melainkan juga sebuah peluang besar untuk berinovasi dalam dunia kerja.
Peran AI dan Otomatisasi dalam Dunia Kerja
Pekerjaan rutin yang biasanya dilakukan oleh manusia, kini mulai digantikan oleh AI. Mulai dari sektor manufaktur hingga ke sektor yang berhubungan dengan layanan pelanggan. Adanya perkembangan teknologi seperti chatbot, robotika dan sistem-sistem lainnya yang berbasis AI semakin menyingkirkan pekerjaan manual, terutama yang berhubungan dengan pengelolaan data.
Berdasarkan pada laporan McKinsey Global Institute (2017), di tahun 2030 mendatang diperkirakan akan ada 45% pekerjaan yang akan digantikan oleh AI dan otomatisasi. Dalam hitungan beberapa tahun ke depan sektor-sektor pekerjaan yang mengandalkan pekerjaan administratif, pengelolaan data serta tugas berulang lainnya akan lebih banyak digantikan oleh mesin dan perangkat otomatis.
Namun, walaupun akan ada pengurangan tenaga kerja dibeberapa sektor tersebut, nyatanya tidak dapat dipungkiri juga bahwa perkembangan AI juga memberikan peluang baru dalam dunia kerja. Salah satu peluang baru adalah kedepannya akan tercipta peluang pekerjaan sektor baru dibidang teknologi, seperti pengembangan perangkat lunak, analisis data, dan ahli AI. Hal ini sejalan dengan pernyataan World Economic Forum (2020) yang menyatakan bahwa pada tahun ini diperkirakan akan ada 97 juta pekerjaan baru akibat dari adanya peralihan ke digital serta otomatisasi.
Peluang dan Tantangan Bagi Gen Z
Walaupun perkembangan teknologi saat ini membawa tantangan yang cukup besar, Gen Z nyatanya juga tetap memiliki peluang yang tidak kalah besar di dunia yang saat ini semakin bergantung pada AI dan otomatisasi. Salah satu peluang yang terbuka adalah disektor freelancing dan gig economy. Hal ini membuka peluang bagi Gen Z untuk bisa bekerja dengan fleksibel serta memanfaatkan keterampilan digital dalam berbagai proyek.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), memperkirakan pada 2025 ekonomi digital akan menyentuh USD 130 miliar. Hal ini menunjukan mengenai besarnya peluang yang dimiliki oleh startup teknologi. Gen Z sebagai generasi yang sudah terpapar oleh teknologi sejak usia muda, memiliki potensi untuk mengembangkan aplikasi berbasis AI, e-commerce, atau bahkan platform berbasis data yang bisa terus memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang.
Namun, salah satu yang menjadi tantangan terbesar bagi Gen Z adalah adanya kesenjangan keterampilan. Nyatanya tidak semua generasi muda memiliki akses yang sama terhadap pelatihan atau pendidikan teknologi yang dibutuhkan dalam berkompetisi di pasar digital. Oleh karena itu, penting bagi Gen Z atau generasi muda lainnya untuk terus mengasah keterampilan serta kemampuannya dengan memanfaatkan berbagai platform kurus atau bootcamp teknologi yang kini semakin mudah untuk diakses