UMKM Saree Ulos dan Batik Organik Membawa Inovasi Ramah Lingkungan

Dalam upaya menjaga kelestarian alam dan menggerakkan perekonomian, UMKM Indonesia hadir sebagai pilar penting. Kedua usaha ini tidak hanya memperkenalkan keindahan wastra Nusantara, tetapi menjadikan keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat sebagai inti dari inovasi mereka.

UMKM telah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Para pengusaha UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian, tetapi juga berperan besar dalam pelestarian lingkungan. Dua UMKM yang saat ini mencuri perhatian adalah Saree Ulos dan Batik Organik yang keduanya memiliki semangat untuk menciptakan produk ramah lingkungan dan memberdayakan masyarakat. 

Read More

Saree Ulos yang didirikan oleh Juliana Sianturi, memanfaatkan limbah pertanian, seperti sawit, pisang, rami, dan nanas, untuk menghasilkan songket ulos yang bernilai tinggi. Melalui inovasi ini, Juliana berhasil menciptakan kain tenun yang ramah lingkungan dan menarik minat pasar internasional, termasuk eksportir yang biasa mengekspor produk ke Eropa dan Amerika.

 “Ini kami aplikasikan ke songket ulos agar dapat dinikmati bukan hanya oleh masyarakat Batak, tapi juga semua kalangan,” ujar Juliana

Juliana berkomitmen untuk memastikan para penenun mendapatkan keuntungan yang layak. Melalui kemitraan dengan 50 penenun, Juliana tidak hanya menyediakan pekerjaan, tetapi juga memberikan insentif untuk hasil penjualan kain mereka. 

Keberhasilan Saree Ulos dalam mengolah limbah pertanian menjadi produk bernilai tinggi, membuat Juliana berambisi untuk terus mengembangkan usaha ini dengan bantuan teknologi. 

“Kami berharap limbah pertanian bisa dimaksimalkan menjadi benang khas Indonesia yang dipasarkan ke dunia internasional,” tambahnya.

Senada dengan itu, Ana Khairani, pengusaha Batik Organik asal Bogor, juga berhasil menciptakan batik ramah lingkungan yang terbuat dari serat alami kayu akasia dan aucalyptus. Batik organik dibuat menggunakan pewarna alami yang diambil dari daun, kulit, buah dan bunga yang diolah dengan bantuan LIPI. 

“Kami memiliki visi global ingin mendirikan pusat riset edukasi serat dan warna alam yang diwujudkan melalui kain batik,” ujar Ana 

Tidak hanya itu, Ana juga memberdayakan 54 ribu pembatik di Desa Cipaku, Bogor. Melalui Batik Organi, Ana tidak hanya memproduksi batik ramah lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi perempuan Indonesia dengan memberikan pelatihan dan edukasi. 

Berkat dukungan Kementerian UMKM, Ana dan Juliana masing-masing mengikuti program inkubasi yang telah mendorong mereka untuk berinovasi lebih jauh. Juliana merasa bersyukur atas bantuan yang diberikan oleh program Entrepreneur Development Kementerian UMKM yang membantunya dalam memperluas jaringan dan mendapatkan perlindungan legalitas.

Related posts