Kehidupan kota yang padat seringkali membuat kita merasa lelah dan membutuhkan waktu untuk “healing” atau menyeimbangkan kesehatan mental. Namun, perjalanan ke destinasi wisata populer pada hari libur sering kali berujung pada kepenatan, bukan relaksasi. Untuk mengatasi masalah ini, desa wisata muncul sebagai alternatif yang menarik bagi para pekerja kantoran yang mencari cara untuk menikmati “slow living”.
Desa wisata, yang menyatu dengan kehidupan masyarakat lokal, kini semakin mudah diakses berkat inovasi teknologi. Salah satunya adalah aplikasi Atourin Visitor Management System (AVMS) yang dikembangkan oleh Reza Permadi. Dengan AVMS, pengelola desa wisata yang sebelumnya kesulitan mengakses teknologi kini dapat dengan mudah mengelola informasi dan mendata pengunjung.
Reza, pemuda berusia 31 tahun asal Jakarta, adalah pionir di balik inovasi ini. Dengan gelar Master of Sustainable Tourism, ia bertekad untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui teknologi. “Aplikasi ini lahir dari tugas kuliah saya,” kenangnya saat menceritakan perjalanan pengembangan AVMS, yang diluncurkan pada 2019.
AVMS memungkinkan pengelola desa wisata untuk membangun database pengunjung, mencatat pemasukan, dan mengelola tiket masuk secara efisien. Sistem ini juga menyediakan fitur e-ticketing yang ramah lingkungan, mengurangi penggunaan kertas. Saat ini, sebanyak 204 desa wisata di Indonesia telah terdaftar dalam sistem ini, memperlihatkan dampak positif terhadap pengelolaan dan pendapatan mereka.
Dalam mendukung pengembangan desa wisata, Reza juga mengajak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk berkolaborasi. Pembentukan Pokdarwis merupakan bagian dari amanah Undang-Undang Kepariwisataan yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Selama pandemi COVID-19, ketika banyak destinasi wisata mengalami penurunan pengunjung, AVMS berinovasi dengan meluncurkan tur virtual. Ini memberikan kesempatan bagi desa-desa wisata seperti Pulau Pramuka untuk tetap beroperasi, hingga menarik minat pelajar untuk berkunjung secara langsung setelah pandemi.
Reza menyadari bahwa penerimaan teknologi bisa menjadi tantangan, sehingga ia mendirikan Atourin Academy. Program pelatihan ini telah membantu lebih dari 200 pengelola destinasi wisata memahami dan mengoperasikan AVMS dengan baik.
Dengan visi jangka panjang untuk melihat lebih dari 4.500 desa wisata di database Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggunakan AVMS pada tahun 2030, Reza terus berupaya mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi. Ia percaya bahwa teknologi dapat menjadi kunci kemajuan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.
Atas dedikasi dan inovasinya, Atourin menerima penghargaan SATU Indonesia Awards 2023 di bidang Teknologi, mengakui kontribusinya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat desa.
Selain itu, kolaborasi dengan pemerintah juga sangat penting. Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) menjadi ajang penghargaan bagi desa-desa wisata yang memenuhi kriteria dari Kemenparekraf. Dalam ADWI 2024, sebanyak 6.016 desa wisata berpartisipasi, dengan 50 besar yang telah terpilih melalui proses penilaian yang ketat.
Melalui semua inisiatif ini, desa wisata di Indonesia tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal. Teknologi, dalam hal ini, menjadi jembatan untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjaga kearifan lokal.