Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, secara tegas mengingatkan negara-negara untuk memastikan bahwa kemajuan dalam kecerdasan buatan (AI) tidak akan meningkatkan kesenjangan sosial. Dalam pidatonya di Dewan Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU) di Jenewa, Guterres menyatakan bahwa era inovasi telah melebihi kapasitas regulasi, membutuhkan kreativitas yang lebih besar untuk menangani dampaknya.
“Kita harus bersatu untuk memastikan bahwa kecerdasan buatan tidak memperkuat kesenjangan. Tantangan yang kami hadapi membutuhkan solusi yang sesuai. Waktu tidak boleh terbuang sia-sia,” tegasnya.
Guterres menyoroti perlunya dukungan teknis dan investasi bagi negara-negara berkembang dalam hal data, infrastruktur komputasi, dan pengembangan bakat untuk memastikan mereka dapat ikut serta sepenuhnya dalam revolusi AI dan mengambil manfaatnya. Dia juga menegaskan pentingnya peran ITU dalam membangun kapasitas di negara-negara berkembang sebagai langkah kunci untuk mencegah terjadinya kesenjangan baru yang hanya akan memperburuk ketidaksetaraan yang sudah ada.
Dalam konteks kesenjangan digital, kesenjangan data, kesenjangan investasi, dan kesenjangan tata kelola, Guterres mengatakan bahwa negara-negara perlu bekerja sama untuk membangun jembatan. Dia menunjuk Summit of the Future yang akan datang pada bulan September sebagai “kesempatan utama” untuk melakukannya.
Selain itu, PBB berencana untuk menyusun Global Digital Compact untuk meningkatkan kerja sama digital pada KTT tersebut. Guterres menyebutkan bahwa momentum menuju Global Digital Compact yang ambisius semakin meningkat, dengan fokus pada menghubungkan yang belum terhubung dan mengakhiri eksklusi digital dalam segala bentuknya.
“Dalam perjalanan menuju pengembangan AI yang aman dan inklusif, di mana manusia ditempatkan di pusatnya dan hak asasi manusia dilindungi, kami bertujuan untuk mempercepat kemajuan menuju tujuan pembangunan berkelanjutan sambil melindungi planet kita,” tambah Guterres.